Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Rants: First Part

Seharusnya saya tidak menggunakan blog ini sebagai media untuk mencurahkan perasaan saya lagi. Tapi bagaimana toh? Saya merasa ini satu-satunya jalan untuk melepaskan semua perasaan dan pikiran saya. Tujuan awal dibuatnya blog ini juga agar saya bisa bebas bercerita apa saja, seakan-akan blog ini adalah buku harian pribadi saya. Namun sekali lagi, saya minta maaf karena terlalu banyak keluhan yang saya tulis di sini, bukan yang senang-senang. Memang manusia itu lebih mudah mengingat hal-hal buruk daripada hal-hal baik. Saya itu hanya manusia biasa. Saya juga bukan orang yang baik seperti yang kebanyakan orang tahu. Jujur saja, penilaian mereka tentang saya bisa sangat salah bila tidak benar-benar mengenal saya. Hari ini, saya kembali menyadari betapa jahat saya sebenarnya. Dan saya membenci kejahatan itu, membenci diri saya yang lemah, membenci bagian diri saya yang jahat. Ada orang-orang yang hanya mencari kita saat dia membutuhkan saja, tetapi bila sudah tidak butuh lagi, maka

Random: Egoism

Menjadi untuk tidak egois di zaman sekarang ini adalah sulit. Banyak orang egois, mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain dan menganggap diri paling benar serta paling baik. Orang-orang itu bisa saja tidak sadar bahwa mereka demikian. Lingkungan mereka juga mungkin saja tidak sadar. Namun sebenarnya, menjadi egois lebih banyak merugikan diri sendiri daripada orang lain. Saya pernah membaca di suatu website, ternyata kata terbanyak yang diucapkan dalam percakapan telepon adalah 'I' atau 'saya', 'aku', 'gue'. Maksudnya mungkin bukan untuk bersikap egois. Bisa saja orang-orang itu mau menceritakan pengalamannya, sekedar curhat yang biasa juga memang diawali dan dipenuhi dengan luapakn perasaan seseorang. Tentu saja dia harus menyebut dirinya sendiri dengan kata ganti apapun yang dapat digunakan. Hal itu sangat wajar dan biasa, juga wajar dan normal. Namun bila diteruskan, orang-orang dapat menjadi self-centered  dan melulu bercerita te

Experience: Sedikit Pengalaman dengan Bulimia

Berkaitan dengan post saya kemarin, maka saya berpikir untuk berbagi pengalaman tentang bulimia nervosa yang saya derita. Berat badan saya pernah mencapai angka 56 kg, dengan tinggi badan <155 cm. Tentu saja bukan berat badan yang ideal, karena idealnya adalah 45 kg menurut saya. Di bulan Desember 2013, saya menghadapi suatu masalah yang membuat saya stres dan tidak nafsu makan. Di tambah lagi, saya sempat sakit selama beberapa hari sehingga sama sekali tidak bernafsu makan, sekali pun di hadapan saya sudah tersedia makanan kesukaan sepanjang masa, yaitu nasi goreng. Dari masalah itu, saya berniat untuk membuat orang itu menyesal. Ibarat kata, saya ingin balas dendam padanya dengan menunjukkan bahwa saya bisa kurus dan menjadi cantik, sehingga ia saya boleh merasa bangga pada diri sendiri sekaligus 'membalas dendam'. Di mulailah diet saya. Tekad saya ketika itu sudah bulat dari dalam hati, tidak diumbar ke mana-mana. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa saya se

Rant: Penderita Gangguan Mental BUKAN untuk Ditakuti

Post ini ditulis karena saya teringat seorang teman pernah mengatakan kepada saya bahwa dia takut dengan orang yang mengalami gangguan mental. Remaja memang labil dan emosinya berubah dengan cepat. Hal itu wajar karena perkembangan otak remaja belum sempurna, sehingga otak belum dapat memerintahkan organ untuk memproduksi hormon-hormon tertentu secara seimbang. Dari kasus tersebut tentu saja pasti ada salah satu hormon yang dominan. Fungsi hormon tersebut juga akan lebih domian pada remaja, namun jenis dan kadarnya akan berbeda pada setiap remaja.  Di usia remaja, manusia sangat rentan menderita gangguan mental. Gangguan mental masa kini memiliki beragam jenis. Beberapa yang paling sering disorot dan penderitanya sebagian besar adalah remaja yaitu eating disorder (anorexia dan bullimia), Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD) dan bipolar disorder. Saya sendiri adalah mantan bulimia. Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan tersebut muncul. Menurut saya, faktor

Curhat: Tentang Curhat

"Kalau punya uneg2, dikeluarin aja, gak apa-apa. Daripada dipendem sendiri, nanti jadi busuk." Beberapa orang pernah mengatakan hal itu kepada saya, dengan intonasi nada yang berbeda. Posisi mereka dalam hati saya juga berbeda. Dua hal itu membuat kalimat itu memberikan kesan berbeda dalam hati saya. Kata-kata itu sesungguhnya seperti sihir, bisa membuat saya seketika terbuka dengan orang itu. Namun sihir tidak selamanya ampun. Kadang, kata-kata itu malah membuat saya tidak bisa memercayai orang itu, sehingga saya tidak bisa bercerita sama sekali tentang uneg2 dalam hati saya. Bila diucapkan oleh orang yang tepat, dengan intonasi nada pengertian dan sabar, pasti langsung bisa mengalir deras apa yang sedang mengusik hati dan pikiran saya. Atau terkadang, bisa secara otomatis saya menyerocos tentang uneg2 itu. Belakangan ini, saya sangat tertutup. Saya mendapati diri saya sedih, galau, gelisah, namun tidak bisa mengeluarkannya kepada siapapun. Orang-orang terde

Random: Hi! Post Pertama Sejak 200X

Dulu, saya pernah punya blog. Dulu sekali. Waktu jaman SD. Saya berusaha ingat-ingat lagi, email dan password yang saya pakai waktu itu. Tapi nihil. Inilah yang membuat saya menuliskan pada judul '200X'. Ingatan saya itu tidak panjang. Dan hal ini membuat saya mengalami banyak hal merugikan. Contohnya, ID dan password game online yang saya mainkan sejak kelas 4 SD sampai kelas 6 SD. Saya itu dulu termasuk maniak dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam di warnet hanya untuk bermain game. Masa kecil saya memang agak-agak begitulah. Game online kebanyakan menggunakan sistem cash untuk membeli item-item yang lebih keren dan menarik. Sebagai seorang anak SD, saya tentu tergiur. Tanpa pikir panjang, saya sering sekali membeli cash untuk game online itu. Dari nominal kecil sampai nominal paling besar kala itu, 100.000. Dan serius, mengingat hal itu bikin saya gatel ingin memarahi diri saya di masa lalu. Bikin gemas dan kesal. Cukup banyak uang yang saya habiskan untuk cash