Post ini ditulis karena saya teringat seorang teman pernah mengatakan kepada saya bahwa dia takut dengan orang yang mengalami gangguan mental.
Remaja memang labil dan emosinya berubah dengan cepat. Hal itu wajar karena perkembangan otak remaja belum sempurna, sehingga otak belum dapat memerintahkan organ untuk memproduksi hormon-hormon tertentu secara seimbang. Dari kasus tersebut tentu saja pasti ada salah satu hormon yang dominan. Fungsi hormon tersebut juga akan lebih domian pada remaja, namun jenis dan kadarnya akan berbeda pada setiap remaja.
Di usia remaja, manusia sangat rentan menderita gangguan mental. Gangguan mental masa kini memiliki beragam jenis. Beberapa yang paling sering disorot dan penderitanya sebagian besar adalah remaja yaitu eating disorder (anorexia dan bullimia), Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD) dan bipolar disorder. Saya sendiri adalah mantan bulimia.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan tersebut muncul. Menurut saya, faktor terbesar munculnya gangguan-gangguan tersebut adalah lingkungan sosial (society) dan keluarga. Pergaulan remaja zaman sekarang berarus sangat deras dan kuat, sehingga mudah melemahkan jiwa-jiwa tertentu. Mereka inilah yang rentan tertelan pergaulan, menjadi korban dari pergaulan yang cenderung keras. Keluarga juga berperan besar. Bila remaja berdiri tanpa dukungan dari keluarga, ia cenderung mengalami perkembangan jiwa yang lambat. Akan lebih parah bila keluarganya justru menjadi asal-usul gangguan mental itu berasal.
Remaja-remaja seperti ini BUKAN untuk ditakuti, terutama mereka yang menderita gangguan bipolar. Mereka butuh dukungan dari orang-orang di sekitar mereka, yang mereka cintai. Atau awalnya mereka cintai sebelum gangguan itu semakin mendominasi. Mereka yang ingin sembuh berteriak minta tolong kepada orang di sekitarnya, namun kebanyakan acuh kepadanya, bahkan lari karena takut dan menganggapnya aneh.
Itulah yang saya benci dari pergaulan masa kini. Orang-orang terlalu judgemental telah menciptakan remaja-remaja yang mengalami gangguan. Mereka itu bukan untuk diolok-olok karena lemah, mereka tidak lemah. Mereka tentu masih berjuang agar dapat keluar dari lembah dalam itu. Dan untuk bebas dari jeratan, mereka memerlukan bantuan banyak orang.
Ibaratnya, remaja-remaja itu perlahan tenggelam, namun masih berusaha menggapai-gapai demi oksigen dan berteriak minta tolong. Lalu orang di sekitar mereka hanya menonton dari kejauhan, bahkan diam-diam ada yang mencibir.
Remaja dengan gangguan mental sangat memerlukan dukungan moral dari orang-orang di sekitarnya: teman, sahabat dan terutama orangtua. Apa jadinya bila mereka memang benar-benar pengidap salah satu gangguan itu, lalu orangtua mereka malah menolaknya? Orangtuanya menolak dirinya, menolak gangguan itu, menolak percaya bahwa anaknya pengidap gangguan mental, bahkan semua itu. Ditambah lagi dengan pergaulan tadi, yang membuat gosip dengan cepat dan mudah tersebar dalam berbagai versi. Orang-orang di sekitarnya akan menjadi takut dan acuh.
Pikirkan, bagaimana bila Anda yang berada pada kondisi demikian. Anda yang menderita gangguan mental. Kemudian Anda dinilai oleh orang di sekeliling Anda, ditolak, ditakuti, dianggap aneh, dianggap tidak layak dan tidak berharga.
Mereka tidak akan bisa sembuh dalam kondisi demikian! Sekali lagi, mereka BUKAN untuk ditakuti, dicibir, dinilai apalagi ditolak. Terbukalah dan bantu mereka yang ingin sembuh untuk bebas dari jeratan itu. Ulurkanlah tangan untuk membantu memperbaiki apa yang salah dalam hidup mereka, membantu mereka menata ulang hidup mereka, atau setidaknya berada di sisi mereka.
Kenapa saya bisa tahu? Karena saya pernah merasakan bagaimana berjuang sendirian tanpa ada dukungan. Karena saya pernah berada di posisi mereka.
Satu dukungan positif bagi mereka akan sangat berarti.