Menjadi untuk tidak egois di zaman sekarang ini adalah sulit.
Banyak orang egois, mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain dan menganggap diri paling benar serta paling baik. Orang-orang itu bisa saja tidak sadar bahwa mereka demikian. Lingkungan mereka juga mungkin saja tidak sadar. Namun sebenarnya, menjadi egois lebih banyak merugikan diri sendiri daripada orang lain.
Saya pernah membaca di suatu website, ternyata kata terbanyak yang diucapkan dalam percakapan telepon adalah 'I' atau 'saya', 'aku', 'gue'. Maksudnya mungkin bukan untuk bersikap egois. Bisa saja orang-orang itu mau menceritakan pengalamannya, sekedar curhat yang biasa juga memang diawali dan dipenuhi dengan luapakn perasaan seseorang. Tentu saja dia harus menyebut dirinya sendiri dengan kata ganti apapun yang dapat digunakan. Hal itu sangat wajar dan biasa, juga wajar dan normal. Namun bila diteruskan, orang-orang dapat menjadi self-centered dan melulu bercerita tentang dirinya.
Sebagai manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa kita memerlukan perhatian. Orang-orang juga bercerita untuk mendapatkan perhatian. Mereka ingin orang menaruh atensi atas apa yang diucapkannya, terutama saat mereka curhat. Saya pun juga demikan. Sungguh tidak enak bercerita tanpa ada yang mendengarkan, apalagi perhatian.
Alasan saya menulis post ini hari ini adalah karena saya merasa sangat egois. Saya ingin bercerita, meluapkan perasaan, mengeluarkan semua uneg-uneg yang saya pendam kepada seseorang. Namun saya sudah terlalu sering berkata saya, saya, saya, saya dan saya melulu. Hal itu benar-benar egois bagi saya dan tidak pantas dilanjutkan. Maka itu, saya memutuskan untuk lebih sering menyimpan uneg-uneg sendiri, kecuali memang terpaksa dikeluarkan.
Sebenarnya tidak apa-apa bercerita. Toh saya sangat senang bila orang bercerita kepada saya mengenai perasaannya, semua uneg-uneg dan keluh kesah. Saya akan dengan senang hati mendengarkan.
Biarlah saya kali ini bercerita sedikit tentang uneg-uneg saya, semoga ini terakhir kalinya.
Saya takut menjadi orang yang self-centered, takut saya hanya ingin didengarkan dan tidak ingin mendengarkan orang lain, menganggap cerita orang lain itu tidak penting dan bersikap acuh. Latar belakang saya menulis demikian adalah karena saya sedang ingin sekali bercerita kepada seseorang. Saya sering kali diremehkan dan dianggap salah, padahal sebenarnya saya tidak salah. Karenanya, saya menjadi anak yang tidak percaya diri, menganggap orang lain selalu benar sedangkan saya salah. Ya, saya tahu dalam hal ini saya juga salah. Bahkan orang-orang terdekat saya juga melakukan itu terhadap saya.
Menjadi egois merugikan diri sendiri karena akan membuat orang terus berpikir bahwa dirinya adalah yang termalang, nasibnya yang terburuk, sebab orang egois menutup mata terhadap orang lain. Kemudian dari sanalah muncul pikiran-pikiran negatif yang hanya akan menarik turun kualitas hidup. Orang lain tidak akan dirugikan secara langsung, namun diri sendirilah yang akan langsung terpengaruh dan dirugikan.
Semoga kita semua selama-lamanya akan menjadi orang yang peka dan tidak egois.
Banyak orang egois, mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain dan menganggap diri paling benar serta paling baik. Orang-orang itu bisa saja tidak sadar bahwa mereka demikian. Lingkungan mereka juga mungkin saja tidak sadar. Namun sebenarnya, menjadi egois lebih banyak merugikan diri sendiri daripada orang lain.
Saya pernah membaca di suatu website, ternyata kata terbanyak yang diucapkan dalam percakapan telepon adalah 'I' atau 'saya', 'aku', 'gue'. Maksudnya mungkin bukan untuk bersikap egois. Bisa saja orang-orang itu mau menceritakan pengalamannya, sekedar curhat yang biasa juga memang diawali dan dipenuhi dengan luapakn perasaan seseorang. Tentu saja dia harus menyebut dirinya sendiri dengan kata ganti apapun yang dapat digunakan. Hal itu sangat wajar dan biasa, juga wajar dan normal. Namun bila diteruskan, orang-orang dapat menjadi self-centered dan melulu bercerita tentang dirinya.
Sebagai manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa kita memerlukan perhatian. Orang-orang juga bercerita untuk mendapatkan perhatian. Mereka ingin orang menaruh atensi atas apa yang diucapkannya, terutama saat mereka curhat. Saya pun juga demikan. Sungguh tidak enak bercerita tanpa ada yang mendengarkan, apalagi perhatian.
Alasan saya menulis post ini hari ini adalah karena saya merasa sangat egois. Saya ingin bercerita, meluapkan perasaan, mengeluarkan semua uneg-uneg yang saya pendam kepada seseorang. Namun saya sudah terlalu sering berkata saya, saya, saya, saya dan saya melulu. Hal itu benar-benar egois bagi saya dan tidak pantas dilanjutkan. Maka itu, saya memutuskan untuk lebih sering menyimpan uneg-uneg sendiri, kecuali memang terpaksa dikeluarkan.
Sebenarnya tidak apa-apa bercerita. Toh saya sangat senang bila orang bercerita kepada saya mengenai perasaannya, semua uneg-uneg dan keluh kesah. Saya akan dengan senang hati mendengarkan.
Biarlah saya kali ini bercerita sedikit tentang uneg-uneg saya, semoga ini terakhir kalinya.
Saya takut menjadi orang yang self-centered, takut saya hanya ingin didengarkan dan tidak ingin mendengarkan orang lain, menganggap cerita orang lain itu tidak penting dan bersikap acuh. Latar belakang saya menulis demikian adalah karena saya sedang ingin sekali bercerita kepada seseorang. Saya sering kali diremehkan dan dianggap salah, padahal sebenarnya saya tidak salah. Karenanya, saya menjadi anak yang tidak percaya diri, menganggap orang lain selalu benar sedangkan saya salah. Ya, saya tahu dalam hal ini saya juga salah. Bahkan orang-orang terdekat saya juga melakukan itu terhadap saya.
Menjadi egois merugikan diri sendiri karena akan membuat orang terus berpikir bahwa dirinya adalah yang termalang, nasibnya yang terburuk, sebab orang egois menutup mata terhadap orang lain. Kemudian dari sanalah muncul pikiran-pikiran negatif yang hanya akan menarik turun kualitas hidup. Orang lain tidak akan dirugikan secara langsung, namun diri sendirilah yang akan langsung terpengaruh dan dirugikan.
Semoga kita semua selama-lamanya akan menjadi orang yang peka dan tidak egois.