Seharusnya saya tidak menggunakan blog ini sebagai media untuk mencurahkan perasaan saya lagi. Tapi bagaimana toh? Saya merasa ini satu-satunya jalan untuk melepaskan semua perasaan dan pikiran saya. Tujuan awal dibuatnya blog ini juga agar saya bisa bebas bercerita apa saja, seakan-akan blog ini adalah buku harian pribadi saya. Namun sekali lagi, saya minta maaf karena terlalu banyak keluhan yang saya tulis di sini, bukan yang senang-senang. Memang manusia itu lebih mudah mengingat hal-hal buruk daripada hal-hal baik.
Saya itu hanya manusia biasa. Saya juga bukan orang yang baik seperti yang kebanyakan orang tahu. Jujur saja, penilaian mereka tentang saya bisa sangat salah bila tidak benar-benar mengenal saya.
Hari ini, saya kembali menyadari betapa jahat saya sebenarnya. Dan saya membenci kejahatan itu, membenci diri saya yang lemah, membenci bagian diri saya yang jahat.
Ada orang-orang yang hanya mencari kita saat dia membutuhkan saja, tetapi bila sudah tidak butuh lagi, maka kita akan dibuangnya. Tipe orang seperti ini benar-benar memuakkan. Jujur saja, saya membenci orang-orang seperti itu. Dan saya juga takut karena kebencian itu, bibit dendam akan tumbuh dengan sendirinya di hati saya.
Hari ini ada 2 orang yang bertipe seperti itu menghubungi saya. Padahal sebelumnya, mereka jarang sekali menghubungi saya. Bahkan bila saya mengontak mereka untuk urusan profesional, mereka membalas dengan acuh dan tidak peduli. Memang dasar saya orang berhati lemah, saya dengan kesal dan menahan gondog meladeni mereka. Saya sudah coba menghibur diri sendiri dengan membisikkan, anggap saja hari ini saya lagi baik hati. Namun tetap saja rasa kesal dan benci itu bertahan.
Yah, itulah sebabnya saya menganggap saya itu jahat. Tidak sewajarnya saya merasa kesal bila diperlakukan seperti itu. Bila saya memang orang yang baik, saya akan meladeni mereka dengan sepenuh hati dan memberikan mereka semua informasi yang mereka perlukan tanpa rasa enggan. Saya benci merasa demikian. Saya sebenarnya juga merasa takut bila bersikap seperti ini mereka akan menilai saya ini itu. Kembali lagi, saya orang yang berhati lemah. Dan sampai detik ini, saya benar-benar masih terbawa emosi.
Bertahan sendiri itu sangat tidak mudah, apalagi dalam kondisi saya sekarang ini. Pencarian jati diri. Rentan. Salah-salah saya bisa terjerumus dan jatuh. Salah-salah saya bisa mengambil jalan yang salah. Salah-salah saya memberi makan sisi jahat saya.
Namun saya tahu ada orang-orang yang bersedia membantu saya untuk tetap ada pada jalan Tuhan. Orang yang selalu mengingatkan saya untuk berdoa di saat-saat seperti ini. Orang yang dengan sabar menghadapi saya dengan segala emosi dan kekurangan ini. Saya benar-benar bersyukur Tuhan mengutusnya untuk berada bersama saya.
Saya itu hanya manusia biasa. Saya juga bukan orang yang baik seperti yang kebanyakan orang tahu. Jujur saja, penilaian mereka tentang saya bisa sangat salah bila tidak benar-benar mengenal saya.
Hari ini, saya kembali menyadari betapa jahat saya sebenarnya. Dan saya membenci kejahatan itu, membenci diri saya yang lemah, membenci bagian diri saya yang jahat.
Ada orang-orang yang hanya mencari kita saat dia membutuhkan saja, tetapi bila sudah tidak butuh lagi, maka kita akan dibuangnya. Tipe orang seperti ini benar-benar memuakkan. Jujur saja, saya membenci orang-orang seperti itu. Dan saya juga takut karena kebencian itu, bibit dendam akan tumbuh dengan sendirinya di hati saya.
Hari ini ada 2 orang yang bertipe seperti itu menghubungi saya. Padahal sebelumnya, mereka jarang sekali menghubungi saya. Bahkan bila saya mengontak mereka untuk urusan profesional, mereka membalas dengan acuh dan tidak peduli. Memang dasar saya orang berhati lemah, saya dengan kesal dan menahan gondog meladeni mereka. Saya sudah coba menghibur diri sendiri dengan membisikkan, anggap saja hari ini saya lagi baik hati. Namun tetap saja rasa kesal dan benci itu bertahan.
Yah, itulah sebabnya saya menganggap saya itu jahat. Tidak sewajarnya saya merasa kesal bila diperlakukan seperti itu. Bila saya memang orang yang baik, saya akan meladeni mereka dengan sepenuh hati dan memberikan mereka semua informasi yang mereka perlukan tanpa rasa enggan. Saya benci merasa demikian. Saya sebenarnya juga merasa takut bila bersikap seperti ini mereka akan menilai saya ini itu. Kembali lagi, saya orang yang berhati lemah. Dan sampai detik ini, saya benar-benar masih terbawa emosi.
Bertahan sendiri itu sangat tidak mudah, apalagi dalam kondisi saya sekarang ini. Pencarian jati diri. Rentan. Salah-salah saya bisa terjerumus dan jatuh. Salah-salah saya bisa mengambil jalan yang salah. Salah-salah saya memberi makan sisi jahat saya.
Namun saya tahu ada orang-orang yang bersedia membantu saya untuk tetap ada pada jalan Tuhan. Orang yang selalu mengingatkan saya untuk berdoa di saat-saat seperti ini. Orang yang dengan sabar menghadapi saya dengan segala emosi dan kekurangan ini. Saya benar-benar bersyukur Tuhan mengutusnya untuk berada bersama saya.