Skip to main content

Experience: Reasons Why I feel 2016 is My Year

This year, I'm turning 18 and I've turned 18 last month.
This year has been great so far, yeah. Compared to last year, I guess I can say that I'm happier this year. Well, I'm not gonna use full English in this post because I'm gonna tell you why I think 2016 is my year and it's not gonna be a short one.

Tahun ini, banyak kejadian yang terjadi, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, cukup banyak pencapaian yang sudah berhasil kucapai. Banyak pengalaman baru yang kudapat di tahun ini. Aku punya banyak cerita untuk kuceritakan pada anak-anakku kelak, tentang usiaku yang ke-17 ini. Tahun ini, aku lulus SMA dengan nilai yang cukup memuaskan. Aku meraih peringkat kedelapan program IPA di sekolahku. Prestasi yang bagiku bisa dibanggakan sedikit. 

Tahun ini juga, aku membuka online shop, Name it Bags, dan menekuninya di awal-awal pembukaan. Sekarang ini, Name it Bags cukup ramai namun aku tidak begitu fokus pada online shopku, karena prioritasku adalah kuliah.

Tahun ini juga, aku traveled ke Korea Selatan, backpacking, tanpa pernah ke negeri ginseng itu sebelumnya, dan jatuh cinta pada negara itu. Tahun ini juga, aku berkesempatan untuk travelling ke Singapura, pergi ke Universal Studio Singapore dan benar-benar bersenang-senang di sana. 

Tahun ini juga, aku berhasil menentukan bidang yang kusukai, mengetahui passionku, dan merasa tidak salah pilih untuk mempelajari psikologi. 

Di tahun yang sama, aku bertemu banyak orang yang kemudian menjadi orang-orang yang berarti bagiku. Bertemu banyak teman-teman baru. Aku mengetahui mana yang berharga bagiku, mana yang benar-benar teman untukku. 

Di tahun ini juga, aku akhirnya mendapat professional help terkait keadaan mentalku, di mana penolongku ini kemudian menjadi seseorang yang juga penting dan berarti bagiku.

Di tahun ini juga, aku mengenal banyak orang baru, membuka lingkup pergaulanku seluas-luasnya. Aku bertemu berbagai macam orang.

Di tahun yang sama, aku mengikuti camp pertama dalam hidupku, dalam rangkaian Pramabim-Mabim 2016 dari Fakultas Psikologi Atma Jaya. Selain camp, aku juga mengikuti malam keakraban pertama dalam hidupku dari Paduan Suara Gita Swara Jaya. Dua pengalaman ini membuatku tersadar bahwa aku masih orang yang sama, orang yang mudah merasa anxious dan stres berada di lingkungan baru. Dan aku sadar aku tidak bisa memasukan diriku sendiri dalam pencobaan-pencobaan yang dapat memberikan damage kepada diriku secara psikologis.

Di tahun yang sama, aku bisa membuat keputusan untuk putus dari mantan pacarku dan menerima bahwa aku memang tidak cocok dengannya. 

Di tahun yang sama, aku menyadari bahwa keberadaanku berharga. Bahwa diriku cukup berharga untuk bertahan hidup. Dan aku menyadari bahwa aku berarti bagi orang-orang di sekitarku.

November 21st 2016, the day when I turned 18 and the day when I feel the happiest this year, even the joy is much more than the joy when my mom finally allowed me to adopt a puppy (and she cancelled it, of course). 

Teman-temanku memberikanku surprise. 4x. Rachel memberiku ucapan selamat ulang tahun yang membuatku tersentuh, dia yang memberiku ucapan pertama kali. Lalu disusul teman-temanku yang lain. Hari itu hari Senin dan selesai kelas psikologi umum, Elisa, Adri dan Kevin surprised me dengan membawa kue. Aku benar-benar tidak menyangka saat itu. Dan aku merasa... bahagia. Senang. Lalu siang harinya, disusul dengan Acha, Astria, Linda, Citra dan Billa. They surprised me with customized donuts with letters "HBD SHASHA"! It was so damn cute! Dan sorenya, Sreg, Renanda, Nella, Elisa, surprised me with samyang and banana juice! They just know my favorites! Malamnya, teman-teman SMA-ku. They surprised me, in Central Park, 1st floor emergency exit, with a large pan of pizza! There were Rachel, Martin, Shella, Axel, Winson, and Acag. I was so so so elated to see them around! Martin and Shella gave me a shirt and I like it so so so much because they know what I love to wear and they know my taste so they bought me that shirt which suits me well.


My favorite people (my psychologist, my crush, my best friends) congratulated me with warm words that still warm my heart whenever I recall them. And I was totally elated. 


It is my happiest day through my entire existence until the very second I write this. I still have negative thoughts running inside my head that day but they mattered less compared to the joy my people gave me. 


Meskipun banyak hal baik terjadi di tahun ini, kejadian yang kurang baik pun juga banyak. Aku berproses di tahun ini, seperti naik-turun gunung dan bukit terus menerus. Through ups and downs. Dan sebenarnya, aku beruntung ada orang-orang di sekitarku yang masih ada di sisiku selama aku berproses ini. 

I'm so thankful for all the pains, tears, laughs, loves, surprises, joys, smiles, and especially the happiness that were and are given to me, until this very second.

Best of the year

Experience: Sedikit Pengalaman dengan Bulimia

Berkaitan dengan post saya kemarin, maka saya berpikir untuk berbagi pengalaman tentang bulimia nervosa yang saya derita. Berat badan saya pernah mencapai angka 56 kg, dengan tinggi badan <155 cm. Tentu saja bukan berat badan yang ideal, karena idealnya adalah 45 kg menurut saya. Di bulan Desember 2013, saya menghadapi suatu masalah yang membuat saya stres dan tidak nafsu makan. Di tambah lagi, saya sempat sakit selama beberapa hari sehingga sama sekali tidak bernafsu makan, sekali pun di hadapan saya sudah tersedia makanan kesukaan sepanjang masa, yaitu nasi goreng. Dari masalah itu, saya berniat untuk membuat orang itu menyesal. Ibarat kata, saya ingin balas dendam padanya dengan menunjukkan bahwa saya bisa kurus dan menjadi cantik, sehingga ia saya boleh merasa bangga pada diri sendiri sekaligus 'membalas dendam'. Di mulailah diet saya. Tekad saya ketika itu sudah bulat dari dalam hati, tidak diumbar ke mana-mana. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa saya se

Lessons Learned from the Movie "Suddenly Seventeen"

Hi! My mid-term test has finished yesterday (yaaayy!!) and yesterday, I had a time to spend with my girls and had a time to spend with myself. What I did was giving myself a good movie to learn from. I know that movie accidentally while browsing through youtube several weeks ago but had just had a time yesterday. And that movie was VERY GOOD oh my God. This post ain't gonna be a movie review. I wanna share the lessons I learned from this movie. The movie is called "Suddenly Seventeen". It is a remake from a western movie titled "17 again." 1/3: Never lose yourself for a man. Yes, yes! This is the first lesson I learned from this movie ever since the beginning. The main female character, Liang, has been in a relationship with his boyfriend, Mao, for 10 years. She's currently 28 and Mao hasn't proposed to her yet. She was desperate. Then a magic chocolate turns her mind to her 17 self. She was very different back then in her 17. She was so lively, so

Self: Introversion in Me

Kalau ditanya, sebenarnya kamu itu orang yang kayak gimana, kamu bakal jawab apa? Well, gue jujur nggak pernah ditanya, sih, tapi sedikit banyak gue tahu gue itu orang yang kayak apa. Gue sudah pernah tes minat-bakat sekaligus tes kepribadian, online, offline, free maupun berbayar. Semua hasilnya menunjukkan kalau gue memang seorang introvert. Tipe kepribadian gue menurut Myers-Birggs Type Indicator (MBTI) adalah INFP/INFJ yang artinya Introvert, iNtuituve, Feeling dan Perceiving/Judging. Kenapa gue tulis dengan garis miring di situ? Karena hasil tes gue menunjukkan kecenderungan gue sebagai INFP dan INFJ. Hasilnya hampir seimbang. Hasil tes gue menunjukkan kalau gue adalah INFJ, tapi menurut semua ciri-ciri INFP dan INFJ yang sudah gue bandingkan dengan diri sendiri, gue lebih ke INFP daripada INFJ.  Introvert. Buat kalian yang belum tahu, introvert itu adalah orang yang lebih menyukai berada dalam pikiran atau dunianya sendiri. Introvert ini memiliki pikiran dan dunia ya

KENALI PIKUN, BUKAN MEWAJARI

Budi (nama samaran), 38 tahun "Ayah saya saat ini telah berusia 60 tahun. Dulu ayah merupakan sosok yang ceria dan juga sangat gigih dalam pekerjaannya. Akan tetapi, semuanya berubah semenjak 3 tahun terakhir ini. Tiga tahun yang lalu, ayah saya pensiun. Sejak saat itu, ayah lebih banyak diam di rumah dan semakin lama, kemampuan mengingat ayah juga semakin berkurang. Suatu saat ayah bertanya, “Kamu ingin pergi ke mana?”, meskipun saya telah menjawab pertanyaan tersebut, ayah kembali mengulang pertanyaan yang sama berkali-kali. Ketika saya menceritakan hal ini kepada orang-orang, mereka umumnya menjawab..  'Biasa.. udah tua gitu, jadi lupa terus.' 'Makin tua wajar sih makin pikun.' 'Orang tua lupa mah wajar, memang penyakit tua.' Ayah juga mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan membuat kopi kesukaannya pun tidak dapat dilakukannya. Kepribadian ayah juga mulai berubah, sekarang ayah lebih sering marah-marah tanpa sebab

Studi

Pernah ngerasain capek belajar sampai-sampai lihat buku aja bikin kamu muak? Semua pelajar mungkin pernah mengalaminya ya, nggak terkecuali mahasiswa tingkat pertama sepertiku ini. Sudah seminggu ini, aku tidak bisa belajar. Ini sungguhan. Aku nggak berlebihan. Kenapa aku bilang aku susah belajar? Niatku padahal selalu menggebu-gebu untuk belajar, loh. Begini ceritanya: sejak hari Senin malam yang lalu (13 Februari), aku belajar, membaca materi untuk perkuliahan besok harinya. Lalu, Selasa, aku kuliah seperti biasa, dan pulang dengan biasa-biasa saja, makan-makan dengan papa dan mamaku untuk merayakan hari Valentine. Pulangnya, aku mengeluh aku tidak bisa belajar pada orangtuaku. Rasanya sulit sekali untuk berkonsentrasi. Hari Rabu, setelah pilkada, aku dan keluargaku pergi ke Lippo Mall Puri, untuk sekedar refreshing dan mencari suasana baru. Jadilah aku belajar psikologi sosial (menghabiskan 1 bab dalam waktu 1 hari! Kira-kira ada sekitar 30+ halaman dan semua dalam bahasa Inggr

Belajar dari Pengalaman Orang Lain (part 1)

Halo! Hari ini, aku menemukan dua hal yang mengubah padanganku terhadap bagaimana aku 'merasa' dan bersikap karenanya. Pengalaman ini mungkin sederhana, tapi aku entah kenapa bisa juga memaknainya dengan cukup serius dan menjadi sebuah filosofi tersendiri (Hahaha!).  1. Seorang youtubers membagikan ceritanya mengenai hamil di luar nikah saat usianya 17 tahun. Aku sebenarnya iseng saja waktu menonton video ini di sela-sela mengerjakan tugas. Aku tertarik dengan judulnya: "17 and Pregnant". Aku sudah pernah menonton video-video lain tentang ini sebenarnya, tapi entah kenapa, video ini yang berhasil membuatku tersentuh. Aku terinspirasi sekali olehnya, bagaimana dia akhirnya bisa  survive  dengan hidupnya yang seperti itu. Menurutku, kisahnya ini sangat realistis dan nyata dalam kehidupan jaman sekarang ini. Banyak pelajaran yang dapat kuambil dari satu video berdurasi 15 menit 21 detik ini. Namanya Nami Cho. Cho ini hamil di usia 17 tahun. Cho ini meras

Rant: Penderita Gangguan Mental BUKAN untuk Ditakuti

Post ini ditulis karena saya teringat seorang teman pernah mengatakan kepada saya bahwa dia takut dengan orang yang mengalami gangguan mental. Remaja memang labil dan emosinya berubah dengan cepat. Hal itu wajar karena perkembangan otak remaja belum sempurna, sehingga otak belum dapat memerintahkan organ untuk memproduksi hormon-hormon tertentu secara seimbang. Dari kasus tersebut tentu saja pasti ada salah satu hormon yang dominan. Fungsi hormon tersebut juga akan lebih domian pada remaja, namun jenis dan kadarnya akan berbeda pada setiap remaja.  Di usia remaja, manusia sangat rentan menderita gangguan mental. Gangguan mental masa kini memiliki beragam jenis. Beberapa yang paling sering disorot dan penderitanya sebagian besar adalah remaja yaitu eating disorder (anorexia dan bullimia), Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD) dan bipolar disorder. Saya sendiri adalah mantan bulimia. Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan tersebut muncul. Menurut saya, faktor

Me Talking about My ((Current)) Condition

Lately I'm not sure what I'm feeling. It feels like riding a roller-coaster everyday. I don't know what should I feel, I don't know how I should react. I just... don't know. I feel like I'm losing track of my life. I'm getting out of track. Well, let's see through my past then. I was an introverted girl and so am I now. I've never been comfortable with myself enough to depend on myself rather than depending on somebody who has a close relationship with me like my best friend. That sucks, I know, not being able to depend on yourself and to you just depend on others for your moral support. I should have been the best friend I need myself. It feels like time has passed so much since I wrote my last reflection. I had been doing great actually, but not for this past 2-3 weeks. I can't recall exactly what makes me being like this. The thoughts just coming so sudden and filling my head, even they sometimes make me grasping for air so much that

Curhat: Aku

Sebenarnya, aku hari ini pengen nulis tentang beberapa hal. Tetap curhatan, seperti biasa. Dan kupikir, aku akan memaksimalkan fungsi blog ini sebagai tempat curhatku, tempat untukku menuangkan semua pikiran-pikiranku, terutama yang negatif. Toh nanti, aku sendiri ini yang akan membaca tulisanku. Topik yang ingin kubahas hari ini mengenai seseorang yang belakangan ini sedang dekat denganku, aku yang semakin terlihat ke-introvert-annya, aku yang butuh muse untuk kembali menulis, dan aku yang sedang galau karena ke-introvert-anku itu. Mari kita bahas satu per satu. Ini sebagai salah satu cara untuk keluar dari pikiran negatif yang sering menghantuiku.  Aku saat ini sedang suntuk di rumah, ingin istirahat, dan memaksakan diri untuk refreshing. Aku tidak tahu sebenarnya apa yang bisa membuatku segar kembali, yang membuatku lebih bahagia lagi, dan membuatku merasa keluar sejenak dari penat yang sempat menggangguku beberapa minggu ini. Aku tidak tahu. Hobi? Hobiku (dulu) menulis

Curhat: Running Thoughts

Aku baru pulang dari liburan keluarga bersama ke Jogjakarta selama beberapa hari. Aku dan keluarga besarku touring ke Jogja. Well, aku nggak akan ceritain gimana perjalananku selama di sana karena di post ini, aku benar-benar mau mengeluarkan semua yang membuat liburanku kemarin nggak bisa kuberi nilai 10/10. Kembali lagi pada masalah dari dalam diriku sendiri.  Supaya nggak bingung, sejak kecil, aku dan keluarga besarku dari pihak Papa sering touring ke kota-kota di Pulau Jawa dan Sumatera. Kami bahkan sudah sampai ke Bali dengan jalan darat. Convoy sekitar 6 mobil. Sudah beberapa tahun terakhir kami jarang pergi lagi, dan baru tahun ini lagi, kami berkesempatan untuk refreshing bersama-sama.  Tidak perlu ahli untuk tahu kalau aku sebenarnya senang sekali pergi touring bersama keluarga besarku meskipun aku pernah bermasalah dengan beberapa anggota keluarga itu pada masa labilku (masa SMP yang kelam). Usiaku waktu pertama kali touring itu adalah 7 tahun, jadi aku memang su