Bagi kalian yang penasaran apakah postingan sebelumnya membuatku lega, jawabannya adalah tidak. Kalau hanya sedikit? Ya.
Ketakutanku masih ada. Pikiranku masih ada. Perasaanku masih ada. Semuanya masih sama. Hanya saja, tidak seberat sebelumnya. Berhelai-helai kertas tisu kupakai untuk membersit hidungku dan menyingkirkan air mata yang mengaburkan pandanganku.
Baru saja kubaca postingan blog dari seorang sahabatku yang berisi dua poin penting yang didapatkannya hari ini. Well, seakan-akan alam semesta ini, takdir, mencoba memberitahuku sesuatu. About time. Time. And time.
The main problem is you think you have time.
Quotes di atas kubaca dari Instagram, beberapa menit sebelum aku menulis postingan sebelumnya. Aku langsung tersentak dan perasaan tidak enak itu mulai muncul. Ditambah dengan hal-hal yang sudah kuceritakan pada postingan sebelumnya. Dan sekali lagi, aku membaca postingan tentang pemaknaan waktu, secara tidak sengaja. Waktu. Ini yang ditulis di blognya.
"Just want to share those. Go tell everyone who cares about you, a grateful thank you, before it is too late."
Aku hanya mau berharap bahwa waktuku lah yang terbatas di dunia ini, bukan waktu papaku. Too late dalam petikan di atas semoga berarti aku sudah tidak punya waktu lagi karena aku harus pergi. Aku tidak mau waktuku untuk membahagiakan papa habis. Aku tidak mau waktu papa di dunia ini habis. Aku saja, Tuhan. Aku saja daripada Engkau ambil papa dari keluargaku. Papa masih bisa hidup lebih lama lagi karena adikku dan mama membutuhkannya. Tapi aku? Tidak perlu munafik, tidak perlu mengucapkan kata-kata menghibur seperti "banyak orang membutuhkanmu" atau "banyak orang yang sedih kalau kamu pergi". Tidak perlu. Aku tahu betul sedih itu hanya sementara dan mereka tidak lebih membutuhkanku daripada siapapun. Adikku tentu saja lebih butuh papa, karena papa orangtuanya, papa yang menopangnya. Sedangkan aku? Bisa dianggap figuran dalam hidupnya. Aku diingat sebagai kakak yang baik saja sudah senang sekali.
Aku berharap hal-hal yang tidak sengaja kulihat itu sebenarnya tidak lebih dari sekedar kebetulan saja, hanya otakku saja yang melebih-lebihkan. Aku berharap tidak akan terjadi sesuatu yang buruk, baik pada papa, mama, atau adikku.