I had a nightmare last night. And it makes me don't wanna go to sleep again.
Mimpi buruk semalam tadi bukan kali pertama. Aku sudah pernah memimpikan mimpi itu sebelumnya. Maksudku, tidak literally mimpi itu full semuanya, tapi tokoh-tokoh di mimpi itu benar-benar familiar dan menyeramkan. I'm haunted.
Ada satu tokoh semacam serial killer di sebuah novel seri yang kubaca. Nama serial killer ini Johan. Dan semalam aku memimpikannya, padahal seri novel itu sudah kubaca sejak SMP. Sudah kira-kira 1 tahun aku tidak menyentuh apalagi membacanya ulang. Ini kali keduanya aku memimpikan serial killer itu setelah kuingat-ingat.
Saat-saat aku mengalami mimpi yang seperti ini, aku benar-benar ingin punya kemampuan menggambar yang tinggi, supaya aku tidak perlu repot-repot menceritakannya dalam rangkaian kata-kata karena mimpiku cukup abstrak, apalagi latarnya. Sulit untuk diceritakan dengan kata-kata.
Di mimpiku malam ini, aku bertemu dia. Dia dalam versi baik, maksudku. Johan ini di mimpiku mirip dengan salah seorang temanku yang jago musik, yang meraih peringkat kedua satu IPA di sekolah saat SMA, lalu melanjutkan kuliah musik bidang piano. Oke, kembali ke Johan. Aku bertemu Johan ini sedang memainkan biola versi kecil, sangat kecil. Ukurannya lebih kecil dari biola ukuran 1/4. Mungkin itu ukuran 1/16 kalau memang ada. Dia memainkan lagu bernuansa sedih dan suram, namun dalam tempo yang cepat. Aku awalnya tidak tahu itu dia, namun orang-orang di sekitarku menjauhi dia dan mengatakan dia itu Johan. Johan yang jahat dan berdarah dingin.
Johan ada di sebuah ruangan saat itu. Dia bermain menghadap ke jendela dan pintu yang ada dalam satu tembok yang sama. Aku bisa melihatnya bermain dari pintu yang terbuka lebar saat itu. Setelah aku melihat Johan dan mendengar permainan biolanya yang cepat dan mengirimkan sinyal-sinyal teror tidak enak padaku, mimpi itu kabur-kabur. Aku tidak bisa mengingat lanjutan ceritanya saat aku menulis ini.
Satu hal yang paling menyolok dari mimpiku adalah dosenku. Dosen itu di mimpiku tetap dirinya, namun aku melihatnya dalam versi tua. Sangat tua. Hampir seperti nenek-nekek. Padahal dia masih muda dan cantik. Di mimpiku, rambutnya panjang, tidak terawat, seperti rambut jagung dan tipis. Wajahnya dipenuhi keriput-keriput halus. Namun aku tahu itu dia. Dia bilang padaku bahwa aku bisa minta ke sekretariat untuk menjadi anak PA (pembimbing akademik)nya. Karena ada ternyata aku baru tahu di mimpi itu bahwa ada dua dosen yang mengampu mata kuliah yang menentukan dosen PA kita itu siapa. Salah satu dosenku adalah dia, namun dia ada di nomor dua. Dosen pengampu mata kuliah itu di pilihan pertamaku adalah dosen lain, yang memang dosen PA asliku. Dosen PA asliku laki-laki, begitu juga yang di mimpi. Orang yang sama. Dan dosenku yang perempuan bilang aku bisa jadi anak PAnya.
Itu menjelang aku bangun dan aku mulai tersadar. Di mimpi itu aku bisa berpikir. Aku membayangkan sosok dan wajah asli dosenku itu. Jauh berbeda seperti yang di mimpi sebenarnya. Lalu di kelanjutan mimpi itu, dosen ini berubah jadi sosoknya yang asli. Mimpiku berlanjut. Aku berada di sebuah parkiran mobil. Ada dosenku juga dan saat itu kondisinya sedang genting karena sesuatu yang disebabkan oleh Johan itu. Aku hanya mengikuti dosenku saja saat itu. Dan latar mimpi itu pindah, menjadi di jalan raya, di mana lalu lintasnya saat itu padat. Dosenku berdiri di trotoar tengah, menunggu dijemput sepertinya. Aku tidak tahu di mana saat itu aku berdiri, atau mungkin saat itu aku hanya sedang mengamati saja. Kemudian aku tidak ingat lagi mimpiku. Sepertinya terputus sampai situ.
Mimpi ini sejujurnya memberikan teror padaku. Setiap kali aku bangun dari mimpi buruk, perasaanku pasti tidak enak. Aku akan berpikir negatif dan segala kemungkinan terburuk. Mimpi buruk ini entah mengapa memberikan efek yang sangat kuat padaku. Moodku saat menulis ini benar-benar buruk, entah karena mimpi itu atau karena hal lain. Dan aku takut, sejujurnya. Aku takut mimpi itu mengartikan sesuatu. Aku takut mimpi itu ada kaitannya dengan dimensi lain selain the dimension where human exist right now. Dan aku takut, aku menjadi targetnya.
Oke, mungkin ini hanya pemikiran liarku. Pemikiranku yang sangat-sangat imajinatif sampai-sampai aku bisa berpikir seperti itu. Mungkin ini juga adalah efek aku terlalu sering menonton film horor pada masa kecil dan remajaku, juga membaca novel-novel seram. Belakangan ini aku sadar aku sangat mudah dipengaruhi apa yang kubaca dan apa yang kutonton. Jadi pengaruh semua yang telah kubaca dan kutonton sejak kecil terasa sampai sekarang ini.