Skip to main content

Dreams: Nightmare and Terror on the 26th from the last nights of 2016

I had a nightmare last night. And it makes me don't wanna go to sleep again.

Mimpi buruk semalam tadi bukan kali pertama. Aku sudah pernah memimpikan mimpi itu sebelumnya. Maksudku, tidak literally mimpi itu full semuanya, tapi tokoh-tokoh di mimpi itu benar-benar familiar dan menyeramkan. I'm haunted.

Ada satu tokoh semacam serial killer di sebuah novel seri yang kubaca. Nama serial killer ini Johan. Dan semalam aku memimpikannya, padahal seri novel itu sudah kubaca sejak SMP. Sudah kira-kira 1 tahun aku tidak menyentuh apalagi membacanya ulang. Ini kali keduanya aku memimpikan serial killer itu setelah kuingat-ingat.

Saat-saat aku mengalami mimpi yang seperti ini, aku benar-benar ingin punya kemampuan menggambar yang tinggi, supaya aku tidak perlu repot-repot menceritakannya dalam rangkaian kata-kata karena mimpiku cukup abstrak, apalagi latarnya. Sulit untuk diceritakan dengan kata-kata.

Di mimpiku malam ini, aku bertemu dia. Dia dalam versi baik, maksudku. Johan ini di mimpiku mirip dengan salah seorang temanku yang jago musik, yang meraih peringkat kedua satu IPA di sekolah saat SMA, lalu melanjutkan kuliah musik bidang piano. Oke, kembali ke Johan. Aku bertemu Johan ini sedang memainkan biola versi kecil, sangat kecil. Ukurannya lebih kecil dari biola ukuran 1/4. Mungkin itu ukuran 1/16 kalau memang ada. Dia memainkan lagu bernuansa sedih dan suram, namun dalam tempo yang cepat. Aku awalnya tidak tahu itu dia, namun orang-orang di sekitarku menjauhi dia dan mengatakan dia itu Johan. Johan yang jahat dan berdarah dingin.

Johan ada di sebuah ruangan saat itu. Dia bermain menghadap ke jendela dan pintu yang ada dalam satu tembok yang sama. Aku bisa melihatnya bermain dari pintu yang terbuka lebar saat itu. Setelah aku melihat Johan dan mendengar permainan biolanya yang cepat dan mengirimkan sinyal-sinyal teror tidak enak padaku, mimpi itu kabur-kabur. Aku tidak bisa mengingat lanjutan ceritanya saat aku menulis ini.

Satu hal yang paling menyolok dari mimpiku adalah dosenku. Dosen itu di mimpiku tetap dirinya, namun aku melihatnya dalam versi tua. Sangat tua. Hampir seperti nenek-nekek. Padahal dia masih muda dan cantik. Di mimpiku, rambutnya panjang, tidak terawat, seperti rambut jagung dan tipis. Wajahnya dipenuhi keriput-keriput halus. Namun aku tahu itu dia. Dia bilang padaku bahwa aku bisa minta ke sekretariat untuk menjadi anak PA (pembimbing akademik)nya. Karena ada ternyata aku baru tahu di mimpi itu bahwa ada dua dosen yang mengampu mata kuliah yang menentukan dosen PA kita itu siapa. Salah satu dosenku adalah dia, namun dia ada di nomor dua. Dosen pengampu mata kuliah itu di pilihan pertamaku adalah dosen lain, yang memang dosen PA asliku. Dosen PA asliku laki-laki, begitu juga yang di mimpi. Orang yang sama. Dan dosenku yang perempuan bilang aku bisa jadi anak PAnya.

Itu menjelang aku bangun dan aku mulai tersadar. Di mimpi itu aku bisa berpikir. Aku membayangkan sosok dan wajah asli dosenku itu. Jauh berbeda seperti yang di mimpi sebenarnya. Lalu di kelanjutan mimpi itu, dosen ini berubah jadi sosoknya yang asli. Mimpiku berlanjut. Aku berada di sebuah parkiran mobil. Ada dosenku juga dan saat itu kondisinya sedang genting karena sesuatu yang disebabkan oleh Johan itu. Aku hanya mengikuti dosenku saja saat itu. Dan latar mimpi itu pindah, menjadi di jalan raya, di mana lalu lintasnya saat itu padat. Dosenku berdiri di trotoar tengah, menunggu dijemput sepertinya. Aku tidak tahu di mana saat itu aku berdiri, atau mungkin saat itu aku hanya sedang mengamati saja. Kemudian aku tidak ingat lagi mimpiku. Sepertinya terputus sampai situ.

Mimpi ini sejujurnya memberikan teror padaku. Setiap kali aku bangun dari mimpi buruk, perasaanku pasti tidak enak. Aku akan berpikir negatif dan segala kemungkinan terburuk. Mimpi buruk ini entah mengapa memberikan efek yang sangat kuat padaku. Moodku saat menulis ini benar-benar buruk, entah karena mimpi itu atau karena hal lain. Dan aku takut, sejujurnya. Aku takut mimpi itu mengartikan sesuatu. Aku takut mimpi itu ada kaitannya dengan dimensi lain selain the dimension where human exist right now. Dan aku takut, aku menjadi targetnya.

Oke, mungkin ini hanya pemikiran liarku. Pemikiranku yang sangat-sangat imajinatif sampai-sampai aku bisa berpikir seperti itu. Mungkin ini juga adalah efek aku terlalu sering menonton film horor pada masa kecil dan remajaku, juga membaca novel-novel seram. Belakangan ini aku sadar aku sangat mudah dipengaruhi apa yang kubaca dan apa yang kutonton. Jadi pengaruh semua yang telah kubaca dan kutonton sejak kecil terasa sampai sekarang ini.




Best of the year

Experience: Sedikit Pengalaman dengan Bulimia

Berkaitan dengan post saya kemarin, maka saya berpikir untuk berbagi pengalaman tentang bulimia nervosa yang saya derita. Berat badan saya pernah mencapai angka 56 kg, dengan tinggi badan <155 cm. Tentu saja bukan berat badan yang ideal, karena idealnya adalah 45 kg menurut saya. Di bulan Desember 2013, saya menghadapi suatu masalah yang membuat saya stres dan tidak nafsu makan. Di tambah lagi, saya sempat sakit selama beberapa hari sehingga sama sekali tidak bernafsu makan, sekali pun di hadapan saya sudah tersedia makanan kesukaan sepanjang masa, yaitu nasi goreng. Dari masalah itu, saya berniat untuk membuat orang itu menyesal. Ibarat kata, saya ingin balas dendam padanya dengan menunjukkan bahwa saya bisa kurus dan menjadi cantik, sehingga ia saya boleh merasa bangga pada diri sendiri sekaligus 'membalas dendam'. Di mulailah diet saya. Tekad saya ketika itu sudah bulat dari dalam hati, tidak diumbar ke mana-mana. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa saya se

Lessons Learned from the Movie "Suddenly Seventeen"

Hi! My mid-term test has finished yesterday (yaaayy!!) and yesterday, I had a time to spend with my girls and had a time to spend with myself. What I did was giving myself a good movie to learn from. I know that movie accidentally while browsing through youtube several weeks ago but had just had a time yesterday. And that movie was VERY GOOD oh my God. This post ain't gonna be a movie review. I wanna share the lessons I learned from this movie. The movie is called "Suddenly Seventeen". It is a remake from a western movie titled "17 again." 1/3: Never lose yourself for a man. Yes, yes! This is the first lesson I learned from this movie ever since the beginning. The main female character, Liang, has been in a relationship with his boyfriend, Mao, for 10 years. She's currently 28 and Mao hasn't proposed to her yet. She was desperate. Then a magic chocolate turns her mind to her 17 self. She was very different back then in her 17. She was so lively, so

Self: Introversion in Me

Kalau ditanya, sebenarnya kamu itu orang yang kayak gimana, kamu bakal jawab apa? Well, gue jujur nggak pernah ditanya, sih, tapi sedikit banyak gue tahu gue itu orang yang kayak apa. Gue sudah pernah tes minat-bakat sekaligus tes kepribadian, online, offline, free maupun berbayar. Semua hasilnya menunjukkan kalau gue memang seorang introvert. Tipe kepribadian gue menurut Myers-Birggs Type Indicator (MBTI) adalah INFP/INFJ yang artinya Introvert, iNtuituve, Feeling dan Perceiving/Judging. Kenapa gue tulis dengan garis miring di situ? Karena hasil tes gue menunjukkan kecenderungan gue sebagai INFP dan INFJ. Hasilnya hampir seimbang. Hasil tes gue menunjukkan kalau gue adalah INFJ, tapi menurut semua ciri-ciri INFP dan INFJ yang sudah gue bandingkan dengan diri sendiri, gue lebih ke INFP daripada INFJ.  Introvert. Buat kalian yang belum tahu, introvert itu adalah orang yang lebih menyukai berada dalam pikiran atau dunianya sendiri. Introvert ini memiliki pikiran dan dunia ya

KENALI PIKUN, BUKAN MEWAJARI

Budi (nama samaran), 38 tahun "Ayah saya saat ini telah berusia 60 tahun. Dulu ayah merupakan sosok yang ceria dan juga sangat gigih dalam pekerjaannya. Akan tetapi, semuanya berubah semenjak 3 tahun terakhir ini. Tiga tahun yang lalu, ayah saya pensiun. Sejak saat itu, ayah lebih banyak diam di rumah dan semakin lama, kemampuan mengingat ayah juga semakin berkurang. Suatu saat ayah bertanya, “Kamu ingin pergi ke mana?”, meskipun saya telah menjawab pertanyaan tersebut, ayah kembali mengulang pertanyaan yang sama berkali-kali. Ketika saya menceritakan hal ini kepada orang-orang, mereka umumnya menjawab..  'Biasa.. udah tua gitu, jadi lupa terus.' 'Makin tua wajar sih makin pikun.' 'Orang tua lupa mah wajar, memang penyakit tua.' Ayah juga mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan membuat kopi kesukaannya pun tidak dapat dilakukannya. Kepribadian ayah juga mulai berubah, sekarang ayah lebih sering marah-marah tanpa sebab

Studi

Pernah ngerasain capek belajar sampai-sampai lihat buku aja bikin kamu muak? Semua pelajar mungkin pernah mengalaminya ya, nggak terkecuali mahasiswa tingkat pertama sepertiku ini. Sudah seminggu ini, aku tidak bisa belajar. Ini sungguhan. Aku nggak berlebihan. Kenapa aku bilang aku susah belajar? Niatku padahal selalu menggebu-gebu untuk belajar, loh. Begini ceritanya: sejak hari Senin malam yang lalu (13 Februari), aku belajar, membaca materi untuk perkuliahan besok harinya. Lalu, Selasa, aku kuliah seperti biasa, dan pulang dengan biasa-biasa saja, makan-makan dengan papa dan mamaku untuk merayakan hari Valentine. Pulangnya, aku mengeluh aku tidak bisa belajar pada orangtuaku. Rasanya sulit sekali untuk berkonsentrasi. Hari Rabu, setelah pilkada, aku dan keluargaku pergi ke Lippo Mall Puri, untuk sekedar refreshing dan mencari suasana baru. Jadilah aku belajar psikologi sosial (menghabiskan 1 bab dalam waktu 1 hari! Kira-kira ada sekitar 30+ halaman dan semua dalam bahasa Inggr

Belajar dari Pengalaman Orang Lain (part 1)

Halo! Hari ini, aku menemukan dua hal yang mengubah padanganku terhadap bagaimana aku 'merasa' dan bersikap karenanya. Pengalaman ini mungkin sederhana, tapi aku entah kenapa bisa juga memaknainya dengan cukup serius dan menjadi sebuah filosofi tersendiri (Hahaha!).  1. Seorang youtubers membagikan ceritanya mengenai hamil di luar nikah saat usianya 17 tahun. Aku sebenarnya iseng saja waktu menonton video ini di sela-sela mengerjakan tugas. Aku tertarik dengan judulnya: "17 and Pregnant". Aku sudah pernah menonton video-video lain tentang ini sebenarnya, tapi entah kenapa, video ini yang berhasil membuatku tersentuh. Aku terinspirasi sekali olehnya, bagaimana dia akhirnya bisa  survive  dengan hidupnya yang seperti itu. Menurutku, kisahnya ini sangat realistis dan nyata dalam kehidupan jaman sekarang ini. Banyak pelajaran yang dapat kuambil dari satu video berdurasi 15 menit 21 detik ini. Namanya Nami Cho. Cho ini hamil di usia 17 tahun. Cho ini meras

Rant: Penderita Gangguan Mental BUKAN untuk Ditakuti

Post ini ditulis karena saya teringat seorang teman pernah mengatakan kepada saya bahwa dia takut dengan orang yang mengalami gangguan mental. Remaja memang labil dan emosinya berubah dengan cepat. Hal itu wajar karena perkembangan otak remaja belum sempurna, sehingga otak belum dapat memerintahkan organ untuk memproduksi hormon-hormon tertentu secara seimbang. Dari kasus tersebut tentu saja pasti ada salah satu hormon yang dominan. Fungsi hormon tersebut juga akan lebih domian pada remaja, namun jenis dan kadarnya akan berbeda pada setiap remaja.  Di usia remaja, manusia sangat rentan menderita gangguan mental. Gangguan mental masa kini memiliki beragam jenis. Beberapa yang paling sering disorot dan penderitanya sebagian besar adalah remaja yaitu eating disorder (anorexia dan bullimia), Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD) dan bipolar disorder. Saya sendiri adalah mantan bulimia. Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan tersebut muncul. Menurut saya, faktor

Me Talking about My ((Current)) Condition

Lately I'm not sure what I'm feeling. It feels like riding a roller-coaster everyday. I don't know what should I feel, I don't know how I should react. I just... don't know. I feel like I'm losing track of my life. I'm getting out of track. Well, let's see through my past then. I was an introverted girl and so am I now. I've never been comfortable with myself enough to depend on myself rather than depending on somebody who has a close relationship with me like my best friend. That sucks, I know, not being able to depend on yourself and to you just depend on others for your moral support. I should have been the best friend I need myself. It feels like time has passed so much since I wrote my last reflection. I had been doing great actually, but not for this past 2-3 weeks. I can't recall exactly what makes me being like this. The thoughts just coming so sudden and filling my head, even they sometimes make me grasping for air so much that

Curhat: Aku

Sebenarnya, aku hari ini pengen nulis tentang beberapa hal. Tetap curhatan, seperti biasa. Dan kupikir, aku akan memaksimalkan fungsi blog ini sebagai tempat curhatku, tempat untukku menuangkan semua pikiran-pikiranku, terutama yang negatif. Toh nanti, aku sendiri ini yang akan membaca tulisanku. Topik yang ingin kubahas hari ini mengenai seseorang yang belakangan ini sedang dekat denganku, aku yang semakin terlihat ke-introvert-annya, aku yang butuh muse untuk kembali menulis, dan aku yang sedang galau karena ke-introvert-anku itu. Mari kita bahas satu per satu. Ini sebagai salah satu cara untuk keluar dari pikiran negatif yang sering menghantuiku.  Aku saat ini sedang suntuk di rumah, ingin istirahat, dan memaksakan diri untuk refreshing. Aku tidak tahu sebenarnya apa yang bisa membuatku segar kembali, yang membuatku lebih bahagia lagi, dan membuatku merasa keluar sejenak dari penat yang sempat menggangguku beberapa minggu ini. Aku tidak tahu. Hobi? Hobiku (dulu) menulis

Curhat: Running Thoughts

Aku baru pulang dari liburan keluarga bersama ke Jogjakarta selama beberapa hari. Aku dan keluarga besarku touring ke Jogja. Well, aku nggak akan ceritain gimana perjalananku selama di sana karena di post ini, aku benar-benar mau mengeluarkan semua yang membuat liburanku kemarin nggak bisa kuberi nilai 10/10. Kembali lagi pada masalah dari dalam diriku sendiri.  Supaya nggak bingung, sejak kecil, aku dan keluarga besarku dari pihak Papa sering touring ke kota-kota di Pulau Jawa dan Sumatera. Kami bahkan sudah sampai ke Bali dengan jalan darat. Convoy sekitar 6 mobil. Sudah beberapa tahun terakhir kami jarang pergi lagi, dan baru tahun ini lagi, kami berkesempatan untuk refreshing bersama-sama.  Tidak perlu ahli untuk tahu kalau aku sebenarnya senang sekali pergi touring bersama keluarga besarku meskipun aku pernah bermasalah dengan beberapa anggota keluarga itu pada masa labilku (masa SMP yang kelam). Usiaku waktu pertama kali touring itu adalah 7 tahun, jadi aku memang su